Di Eropa, Orang Berkutu Dulu Dianggap Sehat
KARTUREMI, PERCAYA enggak percaya, orang Eropa abad pertengahan memelihara kutu di badannya. Mereka meyakini bahwa adanya kutu di badan sebagai pertanda kesehatan. Sebab serangga kecil itu jarang dan seringnya memang tidak ditemukan pada orang yang sedang sakit.
Gara-gara kepercayaan tersebut, mereka jadi jarang mandi. Bahkan sebagian besar dari mereka hanya mengganti baju setahun sekali. Kebiasaan ini membuat tubuh mereka sekotor jalanan yang ditapaki setiap hari.
Baju kesukaan orang Eropa abad pertengahan ini ialah yang terbuat dari bulu hewan. Lagi-lagi, ini ada kaitannya dengan kutu. Mereka berpikir dengan memakai baju dari bulu hewan bisa menarik perhatian si kutu untuk pindah dari tubuh mereka ke serat pakaian.
Kebiasaan membiarkan kutu merayap di badan ini berlaku di semua kalangan. Dari yang muda sampai tua, dari bangsawan hingga rakyat jelata.
Sebagai gambaran singkat, tokoh yang termasuk orang Eropa abad pertengahan adalah Ratu Isabel dari Spanyol. Sang penguasa monarki Negeri Matador pernah menyatakan kalau dia hanya mandi dua kali seumur hidupnya. Pertama ketika dia baru dilahirkan dan sekali lagi menjelang pernikahannya.
Ratu Spanyol Isabella of Castile
Lambat laun kebiasaan ini berubah berkat kebijakan gereja yang memaksa orang untuk datang beribadah dalam kondisi bersih. Akan sangat memalukan jika mereka masuk ke rumah Tuhan, mengikuti misa dengan baju kumal dan wajah dekil, serta berbau busuk.
Meski begitu, tetap saja orang-orang ini jarang mandi. Karena kalau dihitung-hitung menurut aturan gereja tersebut, minimal semua pendeta dan biarawatinya paling-paling mandi hanya sekali sepekan. Atau setidaknya dua kali, kalau mereka mendapat tugas yang lebih berat.
Orang Eropa abad pertengahan ini baru mengenal kebersihan dan bebas kutu setelah DDT (diklorodifeniltrikloroetana atau dichlorodiphenyltrichloroethane) ditemukan. DDT merupakan senyawa kimia yang mampu menyingkirkan kutu. Bentuknya seperti kristal, bening, hambar dan hampir tidak berbau.
Sumber : http://news.okezone.com
0 komentar: