Jejak Kebohongan Nining dan Skenario Tenggelam di Pantai Selatan
KARTUREMI, Nining Sumarsih (52) tergolek lemah dalam sebuah ruangan di RSUD Syamsudin SH, Sukabumi. Badannya terlihat kurus dengan selang infus yang masih terpasang di lengannya. Pagi itu, Kamis (5/7), dalam ruangan yang tidak terlalu besar tersebut, Nining hanya ditemani oleh ibundanya, Tatin (64).
Empat hari sebelumnya, Minggu (1/7), Nining membuat gempar masyarakat. Bagaimana tidak, Nining yang disebut tenggelam pada 1,5 tahun lalu di Pantai Citepus, Sukabumi, kembali ke rumahnya di Kampung Cibunar, Gedepangrango, Kadudampit, Sukabumi.
Lebih-lebih, berdasarkan penuturan keluarganya, Nining kembali dengan mengenakan pakaian yang sama dengan saat dirinya menghilang. Asumsi kemudian bermunculan, kisah-kisah mistis mau tidak mau dikaitkan dengan hilang dan kembalinya Nining.
Hal ini tidak lepas dengan pengakuan keluarga bahwa, penyebab Nining ditemukan adalah mimpi dari seorang pamannya yang bernama Jejen Suen. Jejen menurut penuturan keluarga, mimpi bahwa Nining memintanya dijemput di lokasi dirinya hilang 1,5 tahun lalu.
Cerita ini dituturkan oleh Ibunda Nining, Tatin (64) saat ditemui kumparan, Selasa (3/7) di kediamannya, di Kampung Cibunar, Kadudampit.
“Yang ibu heran, waktu Nining dibawa dari pantai, orang-orang yang melihat kok kaya enggak ada yang ngeh, nanya juga enggak,” ujar Tatin.
Kondisi Nining yang kian melemah setelah kembali dari masa hilang yang panjang, membuatnya dirawat di RSUD Syamsudin SH pada Senin (2/7), Sukabumi. Namun, dari sinilah secara perlahan misteri hilangnya Nining mulai terungkap.
Pemeriksaan awal dokter menyatakan, tidak ditemukan tanda-tanda tenggelam pada tubuh Nining. Secara fisik, Nining tidak mengalami masalah yang berat. Hanya kondisi psikisnya yang dikhawatirkan. Sejak pertama kali ditemukan selamat, Nining belum bicara sedikitpun.
“Pada pasien ini tidak ditemukan hal yang menghawatirkan, tanda tenggelam seperti itu tidak diketemukan. Fisiknya bagus semua. Tidak ada tanda-tanda (tenggelam) seperti itu. Yang menonjol adalah tidak mau bicara. Oleh dokter penyakit dalam diusulkan ke spesialis jiwa,” kata Humas RSUD Syamsudin, dr. Wahyu Handriatna.
Misteri Nining kian terang saat seorang pengurus Panti Sosial Aura Welas Asih di Palabuhanratu, menyebut pernah merawat seorang pasien dengan ciri-ciri fisik seperti Nining. Keluarga Nining menolak pernyataan tersebut, namun pengurus panti yakin bahwa Nining adalah pasien yang pernah mereka rawat.
Ditemui kumparan, Rabu (4/7), Wiwin Winarti, pengurus Panti Sosial Aura Welas Asih mengatakan, Nining berada di pantinya sekitar akhir tahun 2017 hingga Januari 2018. Wiwin mengingat betul Nining karena ia sendiri yang memandikan dan mengurusnya.
“Emang pernah kita ngerawat dia (Nining), pas pertama dateng itu dia dateng dengan beberapa orang. Kebetulan orang ini saya enggak tahu namanya waktu itu, kita ambil, kita mandiin, untuk dimandiin aja susah,” ujar Wiwin kepada kumparan.
Perempuan bertubuh kurus ini melanjutkan, ketika ramai pemberitaan soal Nining, ia belum mengetahui bahwa Nining yang dimaksud adalah pasien yang pernah ia rawat. Sampai akhirnya polisi mendatangi tempatnya untuk meminta keterangan.
“Baru tahu ketika polisi ke sini tiga orang, namanya Bu nining yang ilang. Makanya polisi nanya ‘ibu kenal sama yang namanya Bu Nining?’, saya jawab enggak tahu. Polisi lalu lihatin foto, ‘ini nih katanya, oh kalau ini saya kenal, saya pernah ngurus orang ini’ saya bilang,” terang Wiwin.
Saat mengunjungi lokasi yang disebut-sebut sebagai tempat Nining hilang dan diketemukan, kumparan menemui sejumlah saksi mata. Asep Edom, Ketua Operasional dan SDM Balawisata (Badan Penyelamat Wisata Tirta) Kabupaten Sukabumi yang juga bertugas sebagai penjaga pantai atau lifeguard mengatakan, hanya ada laporan kehilangan, tidak ada laporan orang tenggelam pada 8 Januari 2017.
“Kami cek langsung ke anggota, posisinya tidak jauh dari TKP. Hasilnya negatif tidak ada laporan laka laut. Karena namanya kejadian di laut pasti orang panik, tidak mungkin orang diam. Mustahil masyarakat diam saja dan memang betul tidak ada informasi tersebut,” tutur lelaki yang akrab disapa Mang Edom ini kepada kumparan, Rabu (4/7).
Pada mulanya, Edom enggan terlibat lebih jauh dalam kasus kemunculan Nining ini. Ia hanya sebatas membantu bila ada pihak-pihak yang membutuhkan keterangan di lapangan. Namun, ada sebuah pernyataan yang menyebutkan bahwa Nining tenggelam dan tidak ada yang menolong.
“Bisa lihat diceritanya kan, katanya dia menggapai-gapai minta tolong dan akhirnya hilang. Padahal di situ aktivitas pengunjung padat, anggota kami stand by di sana. Jadi di sisi situ yang membuat saya terenyuh dan saya pengen pembuktian bahwa ini bohong saya bilang gitu,” tegasnya.
Kebohongan Nining mulai terungkap ketika kepolisian memeriksa semua saksi-saksi yang ada. Mereka adalah orang-orang di sekitar keluarga Nining. Mereka adalah Tini, tetangga Nining. Oleh keluarga, Tini disebut sebagai saksi tunggal yang menyaksikan Nining tenggelam. Lalu ada Jejen paman Nining, dan Dedah, adik Nining.
“Setelah diperiksa, ibu Tini mengatakan bahwa dia tidak melihat ibu Nining tenggelam. Bu Tini enggak pernah melihat, bu Tini itu menyarankan kepada keluarga agar membuat laporan ke polisi,” kata Kasat Reskrim Polresta Sukabumi, AKP Budi Nuryanto ketika ditemui kumparan, di kantornya Kamis (5/7).
Budi mengatakan, Tini diberitahu Nining tenggelam oleh Dedah, yang merupakan adik dari Nining. Selain itu, Budi juga menyebut bahwa keterangan mimpi yang dialami Jejen adalah tidak benar.
“Itukan katanya (Jejen), ternyata setelah diperiksa kan enggak. Ada yang menghubunginya via telepon memberitahu lokasi Nining. Nah itu masih proses penyelidikan siapa yang menghubungi,” tambah AKP Budi.
Kebohongan Nining benar-benar terungkap pada Jumat (6/7). Berdasarkan pemeriksaan terakhir dari kepolisian, ditemukan fakta bahwa hilangnya Nining adalah suatu peristiwa yang sudah diskenariokan. Tujuannya untuk menghindari utang. Seperti diketahui, sebelum hilang Nining bekerja sebagai pengumpul tabungan di tempat tinggalnya. Namun apakah hal ini berkaitan, polisi belum menjelaskan lebih lanjut.
“Dua hari sebelum berangkat rekreasi ke Palabuhanratu, Nining menyampaikan masalah kepada saudarinya D berkaitan dengan utang piutang. Kemudian ada solusi dari seseorang dengan cara membuat skenario bahwa saat nanti rekreasi ke Palabuhanratu, Nining hilang dan tenggelam," ujar Kapolresta Sukabumi AKBP Susatyo Purnomo Condro, kepada awak media di Mapolresta Sukabumi, Jumat (6/7).
AKBP Susatyo Purnomo Condro, mengungkapkan skenario ini dirancang sendiri oleh Nining atas dasar seseorang yang belum diungkap identitasnya. Polisi masih terus menggali keterangan lebih rinci tentang apa yang dilakukan oleh Nining selama pelarian. Diketahui bahwa Nining pernah tinggal di Cianjur dan bekerja di Jakarta. Sayangnya, kondisi Nining hingga kini masih belum bisa diperiksa karena mengalami depresi berat.
Dokter spesialis kejiwaan dari RSUD Syamsudin, dr. Tommy Hermansyah mengatakan, Nining mengalami depresi berat dengan gejala psikotik.
“Psikotik itu gangguan jiwa berat. Karena dia diam (tapi) kadang-kadang komat-kamit, tidak bisa diajak bicara. (kalau) kontak sekarang sudah mulai ada,” tandas dr. Tommy
Fakta ini sekaligus mematikan asumsi bahwa hilangnya Nining terkait dengan hal-hal mistik yang sempat ramai dibicirakan di awal mula kasus ini mencuat.
Sumber : https://today.line.me/
0 komentar: