Tubuh Penuh Tato, Penyanyi Rap Ini 'Ditendang' dari Pesawat
KARTUREMI, Jakarta Seorang penyanyi rap berdarah Korea-Amerika menyuarakan kemarahannya di media sosial perihal insiden yang menimpanya. Jin Gate mengaku bahwa ia diperlakukan tak adil oleh awak pesawat JetBlue -- sebuah maskapai penerbangan bertarif rendah yang bermarkas di New York City, Amerika Serikat -- hanya karena tato.
Melalui video yang diunggah di akun Instagram pribadinya, jingates, pada 29 Juni 2018, artis tersebut menceritakan kronologi peristiwa 'penendangan' dari dalam pesawat.
Kepada 260 ribu para pengikutnya, Gates menceritakan bahwa ia tak diperbolehkan mengikuti penerbangan lantaran tato yang menutupii sekujur tubuhnya.
Padahal waktu itu, ia dan krunya harus berada di Minnesota, Amerika Serikat, untuk menjalankan konser. Lewat video itu pula, Gates menyampaikan permintaan maaf kepada para penggemarnya.
"Minnesota, saya minta maaf, ini bukan kesalahanku," tulis Gates di akunnya.
"@JetBlue TIDAK MENYUKAI ORANG ASIA YANG BERTATO ... kami diusir dari pesawat karena pramugari mengatakan bahwa dia merasa tidak aman berada di pesawat bersama kami [...] seperti yang Anda lihat bahkan ketika saya diusir saya masih menghormati mereka.
"... Pimpinan awak kabin bertanya pada semua penumpang apakah kami melakukan sebuah kesalahan atau aku berperilaku tidak sopan, tapi semua orang mengatakan aku tidak melakukan apapun!"
Pengakuan Gates sontak memantik komentar warganet. Hingga berita ini dibuat, video itu sudah mendapatkan 9.489 likes dan dilihat sebanyak 95.612 kali.
Gates juga memposting rekaman dirinya saat ia mendekati seorang pramugari, lengkap dengan bantal leher yang masih menempel.
"Saya diusir keluar dari pesawat ... Saya tidak ingin mereka (penggemar) marah pada saya karena saya batal konser di Minnesota, Anda tahu apa yang saya katakan?", ucapnya santai.
Pramugari itu berlalu sembari mengatakan kepada kamera ponsel yang terus merekam, "Gila."
Namun, juru bicara Jetblue mengatakan kepada Fox News bahwa Gates telah dikeluarkan dari pesawat karena buat onar, bukan karena tato.
"Keputusan untuk mengeluarkannya dari pesawat bukanlah hal sepele," kata juru bicara itu.
"Dalam kasus ini, setelah ia berkata tak sopan kepada anggota kru kami, tim terpaksa harus mengusirnya karena situasi tersebut dinilai berisiko untuk penerbangan. Tim kami meminta ia untuk berganti pesawat dan ongkos akan dikembalikan."
Karena Tato, Wanita Ini Dianggap Melecehkan Penduduk Asli Selandia Baru
Tato wajah telah menjadi bagian dari budaya suku Maori -- .penduduk asli Selandia Baru -- selama berabad-abad, yakni sebagai penanda suci dari silsilah masyarakat setempat.
Namun, ketika seorang wanita kulit putih bernama Sally Anderson mengaplikasikan tato tersebut pada dagunya, muncul pro dan kontra di tengah warga Selandia Baru.
Anderson yang menikahi seorang pria dari suku Maori menyebut tato di dagunya, atau biasa disebut "moko", melambangkan perjuangan hidupnya selama ini, termasuk tentang tragedi pemerkosaan massal yang menimpanya di masa muda.
Berkebalikan dengan apa yang diyakininya, beberapa pihak justru menuding Anderson sengaja menerapkan tradisi moko untuk kepentingan pribadi.
Moko merupakan bagian dari seni rajah khas suku Maori, yang juga berperan sebagai sebuah tradisi suci. Moko diukir di kulit wajah menggunakan pahat arang khusus, yang menunjukkan hubungan seseorang dengan keluarga dan identitas budaya mereka.
Tato wajah, atau moko kauae, juga dianggap sangat penting bagi penduduk asli Selandia Baru, di mana biasanya menutupi seluruh wajah untuk pria, dan hanya bagian dagu untuk wanita.
"Maori menganggap wajah atau kepala itu sangat sakral," kata Mera Lee-Penehira, profesor di Institut Te Share Wananga o Awanuiārangi.
Anderson, yang menjalankan bisnis pembinaan kehidupan (life coaching), memiliki moko kauae yang didapatkan beberapa tahun lalu oleh seorang seniman Maori.
Melalui desain sederhana, wanita berambut priang itu ingin menjadikan tato tersebut sebagai pengingat terhadap berbagai perjuangan hidup yang telah dilewatinya.
Menurut Inia Taylor, salah seorang seniman tato yang kontra terhadap keputusan Anderson bahwa satu-satunya alasan penolakan keras oleh masyarakat Maori adalah karena persoalan ras.
Ditambah lagi, menurutnya, Anderson disebut sengaja memanfaatkan tato tersebut sebagai nilai jual terhadap bisnis yang dikelolanya di Selandia Baru.
Sumber : https://www.liputan6.com/global/
0 komentar: