BBM: 2B42DF7E
Whatsapp: +855-855-92-428
WeChat: KARTU_REMI

September 6, 2018

Kisah Tong Sampah yang Tak Pernah Digeser, Tempat Berbagai Informasi Saat Perang Dunia Dikumpulkan Intelijen



KARTUREMI – Banyak peristiwa aneh yang terjadi dalam bulan Agustus 1945 setelah tersiar berita bahwa PD II selesai. Antara lain yang terjadi di daerah Aceh.

Seperti dituturkan oleh oleh Bustami Djafar, dalam Majalah Intisari edisi September 1967, berikut ini, dengan judul Dua Kisah Singkat Setelah Jepang Menyerah.

Seorang Perwira tentara Jepang saya temui di Kutaraja (sekarang Banda Aceh namanya). Pada waktu itu tentara Jepang sedang berkumpul di Kutaraja dan di kota pelabuhan Olele untuk diangkut pulang ke negeri mereka oleh kapal Sekutu yang akan datang menjemput mereka.

Perwira Jepang yang saya temui tadi perawakannya tidak seperti umumnya tentara Jepang pendek-pendek, melainkan mirip dengan seorang peranakan antara Timur dan Barat.

Saya tanyakan sedikit pengalamannya selama bertugas tiga tahun di aerah Aceh. Dengan senyumnya yang simpatik ia ceritakan bahwa kesatuan tentara Jepang yang dipimpinnya ditempatkan didaerah pegunungan di kabupaten Aceh Besar.

Selama peperangan berlangsung belum pernah sekalipun daerah dimana ia berada mendapat serangan udara dari pihak Sekutu, dan apa sebabnya akan terungkap nanti dari cerita selanjutnya.

Perwira tersebut ayahnya memang bangsa Jepang asli sedang ibunya wanita Amerika. Ia dilahirkan di Amerika, dibesarkan dan menjalani pendidikan sampai diuniversitas disana pula. Logatnya samasekali tidak berbau Jepang.

Mengingat pendidikan serta pengetahuannya maka ia diangkat sebagai Perwira dan diserahi memimpin suata kesatuan tentara Jepang.

Ia menduduki suatu jabatan penting yang sangat lebih memudahkan kelancaran tugasnya yang lain, yaitu sebagai spion dari phak Sekutu. Jika semua tentara Jepang berkumpul untuk menunggu diangkut pulang ke Jepang, maka ia sebaliknya menggabungkan diri dengan pihak Sekutu yang akan datang menjemputnya.

Sebagai spion ia selaiu menerima instruksi-instruksi dari atasannya pihak Sekutu dimarkas Colombo, Ceylon. Sebaliknja ia selaiu mengirimkan informasi-informasi ke kota itu. Bagimana caranya bekerja? Mudah sekali, berkat kemajuan teknik.

Ia memperlihatkan jam tangan yang dipakainya. Bentuknya biasa saja seperti lazimnya bentuk jam tangan. Hanya didalamnya terdapat batere yang kecil sekali beserta alat-alat sangat halus lainnya, disamping mekanik jam itu sendiri.

Batere tersebut bertugas untuk melayani pesawat pemancar dan pesawat penerima yang halus dan berada di dalam jam itu juga.

Seperti biasanya, alat pemutar  jam kalau ditarik keluar adalah untuk memutar jarum. Tetapi jika ditarik keluar lebih jauh lagi, maka bekerjalah pesawat pemancar. Akhirnya jika sekali lagi ditarik lebih jauh bekerjalah pesawat penerima.

Pada waktu-waktu tertentu setiap hari ia harus berhubungan dengan markas Sekutu di Colombo. Sambil bekerja dikantornya sekaligus ia dapat bekerja mengirimkan informasi-infromasi dan menerima instrusi-instruksi.

Pengiriman berita sudah tentu sama sekali tidak kentara karena kelihatannnya seakan-akan ia sedang memutar jam. Dan kalau ia sedang menerima berita, nampaknja seperti seseorang yang sedang memikirkan sesuatu. Jadi tidak mencurigakan.

Tangan kanan menulis sedang siku tangan kiri diatas meja dan jari-jari memegang kepala lekat telinga. Dengan demikian suara bisik-bisik dari pesawat penerima dapat didengarnya.

Lain pula cerita tentang seorang spion, dari phak Sekutu juga, yang bekerja sebagai pesuruh di markas kesatuan tentara Jepang didaerah Lho 'Ngadra kira-kira 14 kilometer dari Kutaraja.

Tiga tahua lamanja ia bekerja disitu sebagai pesuruh hingga saat pihak Jepang menyerah.

Pesuruh tersebut adalah seorang Indonesia asli dan perhubungannya sebagai spion sama juga seperti Perwira Jepang tadi, yaitu dengan markas pihak Sekutu di Colombo.

Pekerjaannya setiap hari sebagai pesuruh hanyalah membersihkan ruangan serta halaman, mengumpulkan dan membuang sampah, yang dimasukkannja dalam tong sampah untuk kemudian diangkut dengan truk.

Di belakang markas ada sebuah tong sampah yang selama mata-mata tersebut tiga tahun bekerja disitu, tidak pernah digeser dari tempatnya.

Tong sampah inilah yang memegang peranan penting dalam tugasnya sebagai spion. Mujur baginya bahwa tong sampah yang tidak pernah bergeser dari tempatnya ini, tidak pernah menarik perhatian para petugas tentara Jepang.

Alas dari tong sampah ini dilapisnya dengan semen tebal sehingga menjadi berat dan tidak mudah tergeser. Tepat dibawah tong tersebut dibuatnya ruangan kecil di dalam tanah, di mana ditempatkannya  sebuah pesawat pemancar kecil, sebuah pesawat penerima dan batere.

Dengan alat-alat itulah sipesuruh selama tiga tahun dapat berhubungan dengan Colombo, mengirimkan informasi-informasi dan menerima instruksi-instruksi.

Dari kedua kisah diatas, ternyata bahwa, ha-hal yang nampaknya tidak berarti dapat mempunyai akibat besar.



Sumber : https://today.line.me/

0 komentar: