Belanda Diyakini Menjadi Negara Narkotika
REMINEWS - Sebuah laporan yang dirilis oleh asosiasi kepolisian Belanda berisi peringatan bahwa peredaran obat-obatan terlarang atau narkotika semakin tak terkontrol. Mereka menyebut Belanda mulai menjadi sebuah negara narkotika.
1. Sindikat kejahatan terorganisir merajalela di Belanda
The Guardian mengutip pemberitaan media lokal, De Telegraaf, yang memberitakan isi laporan tersebut. Angka kriminalitas memang menurun, tapi pihak berwajib berkata itu karena banyak korban tak lagi melaporkan insiden yang terjadi pada mereka. Di saat bersamaan, sindikat kejahatan terorganisir kian leluasa beroperasi.
Berdasarkan wawancara dengan 400 detektif setempat, kepolisian berkata bahwa: "Belanda memenuhi banyak karakteristik sebagai sebuah negara narkotika. Para detektif melihat ada paralel ekonomi yang muncul." Parahnya, hanya "satu dari sembilan kelompok kriminal yang bisa ditangkap oleh sumber daya yang ada".
Kondisi yang ada dinilai semakin tak mendukung penegakan hukum. "Para detektif melihat penjahat kelas teri berkembang menjadi pebisnis kaya yang menjejakkan kaki di industri jasa, perumahan, serta agen pariwisata," tulis laporan tersebut.
2. Ada pihak yang meyakini itu karena Belanda adalah negara yang toleran terhadap narkotika dan prostitusi
Belanda dikenal dengan ganja yang bisa ditemui di berbagai gerai kopi. Penikmatnya tak segan untuk mengonsumsinya di depan umum. Lalu, pemerintah Belanda juga permisif terhadap industri prostitusi.
Kebijakan yang toleran ini dikenal dengan gedoogbeleid dan diyakini oleh para pengkritik menjadi penyebab Belanda menjadi negara narkotika.
Pasalnya, dengan tidak adanya hukuman terhadap konsumsi ganja maupun beragam bentuk prostitusi, Belanda menarik para wisatawan asing yang di negaranya punya aturan ketat untuk dua hal tersebut. Wisata obat-obatan terlarang kerap diasosiasikan dengan Belanda.
Dilansir dari PRI, pada 2011 lalu menteri kesehatan dan keadilan Belanda mengumumkan pihaknya akan melarang turis membeli ganja di gerai kopi. Namun, faktanya masih banyak yang lolos. Satu jenis obat yang tak kalah populer adalah ekstasi dan menjadi barang dagangan yang laris.
Mayoritas ekstasi yang disita agen keamanan Eropa, Europol, dibuat di Belanda bagian selatan. Selain itu ada kokain yang bernilai miliaran Euro dipasok dari pelabuhan di Rotterdam. Kepolisian pun sulit mendeteksi jika ada tindak kejahatan karena kurangnya sumber daya manusia dan tidak adanya laporan resmi.
3. Bentuk kejahatan lain juga kian marak
Wali kota Amsterdam, kepolisian setempat serta jaksa mengingatkan adanya peningkatan kriminalitas terorganisir. Bahkan, pelaku menunjukkan secara terang-terangan di sekitar lingkungan mereka. Sayangnya, banyak insiden luput dari pengawasan pihak berwajib.
Satu dari banyak kejahatan yang semakin meresahkan adalah pembunuhan terkait dengan aktivitas geng tertentu. Kepala kepolisian Amsterdam, Pieter-Jaap Aalbersberg, mengaku satuannya menghabiskan 60 hingga 70 persen waktu untuk memerangi kejahatan itu.
Pekerjaan sebagai pembunuh di sana menghasilkan uang sekurang-kurangnya Rp 50 juta. Pelakunya bukan warga asing, kata Aalbersberg, melainkan anak-anak muda Amsterdam itu sendiri.
Ini diyakini membuat pemerintah Belanda perlu mengevaluasi kembali kebijakan mengenai kejahatan terorganisir yang bisa muncul dari sikap permisif.
0 komentar: