Uber Dikabarkan Jual Sahamnya ke Grab, Wah Ada Apa Ya?
REMINEWS - Persaingan dalam bisnis transportasi online tampaknya semakin sengit. Setelah Go-Jek resmi mendapatkan investasi dari Google, Uber malah mendapatkan nasib yang berbeda. Melansir dari Fortune, Uber dikabarkan akan menjual bisnisnya di Asia Tenggara kepada Grab.
1. Apakah Uber mulai kalah dibanding pesaingnya?
Laporan keuangan pada 2017, Uber ternyata mengalami kerugian sekitar 4,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp64,28 triliun. Di sisi lain, Uber berhasil meraup keuntungan hingga 7,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp107,14 triliun.
Hal ini terjadi karena adanya kawasan yang dinilai kurang berhasil, walau pun Uber dinilai masih cukup kompeten. Di antara banyak kawasan, kawasan Asia dinilai paling keras bagi Uber.
Dengan banyak fasilitas yang ada, Uber masih terbilang kalah bersaing dengan layanan serupa dalam skala regional. Misalnya seperti Ola di India. Perusahaan tersebut berhasil merebut pangsa pasar Uber dalam sekejap dan berhasil memimpin dengan persentase 15 persen.
2. Uber sedang mematangkan strategi untuk mengatasi kerugian tersebut
Pada 2016, Uber memilih angkat tangan di China dengan menjual sahamnya kepada kompetitornya, Didi Chuxing. Tak hanya itu, Uber juga telah menggabungkan bisnisnya ke Yandex di Rusia untuk mengantongi 37 persen saham kompetitor lokalnya.
Meskipun belum pasti, kabarnya Uber akan menjual bisnisnya di Asia Tenggara kepada perusahaan asal Singapura, Grab. Kompensasi yang akan didapatkan Uber adalah menjadi salah satu pemegang saham bagi perusahaan tersebut.
Grab dinilai Uber cukup sukses di pasar Asia. Mereka berhasil menyebar luas di 160 kota, termasuk Indonesia.
3. Uber masih mempunyai potensi untuk bersaing di Amerika Serikat dan Eropa
Seperti yang disinggung di atas, ke depannya Uber hanya akan fokus pada kawasan yang paling menguntungkan. Sebelum adanya perusahaan lokal masing-masing negara, Uber pernah mengusai pasar transportasi online di dunia.
Uber juga telah memperoleh investasi besar dari Softbank, perusahaan asal Jepang, yakni sekitar 1,25 miliar dollar AS atau setara dengan Rp17, 14 triliun kala itu. Sebagai pemegang saham terbesar, mereka menyatakan Uber akan fokus di AS dan Eropa.
Head of Communications Uber Indonesia Dian Safitri enggan menanggapi kabar tersebut. "Kami tidak bisa memberikan pernyataan atau berkomentar terhadap pemberitaan spekulasi yang mengutip sumber anonim," kata dia melalui pesan WhatsApp kepada IDN Times.
Wah, kira-kira masih ada Uber di Indonesia gak ya?
0 komentar: