BBM: 2B42DF7E
Whatsapp: +855-855-92-428
WeChat: KARTU_REMI

March 6, 2018

Keren! Indonesia Diminta Jadi Juru Damai Konflik di Afghanistan



REMINEWS - Pemerintah RI dipercaya Afghanistan untuk menjadi mediator konflik internal negara mereka. Permintaan itu disampaikan secara resmi oleh Presiden Afghanistan Ashraf Ghani ketika berkunjung ke Indonesia pada April 2017.

Sejak awal berkunjung ke Indonesia, pria yang dilantik sebagai Presiden sejak 2014 itu mengaku kagum terhadap keragaman yang dimiliki RI, namun Indonesia tetap solid. Ia melihat kembali kepada kondisi di negaranya yang sudah terbelenggu konflik hingga 40 tahun lamanya. 

Presiden Joko "Jokowi" Widodo ketika itu mengatakan, Ghani tidak ingin konflik serupa terjadi di Indonesia. 

"Akhirnya sekarang di sana 40 faksi, 40 kelompok yang sudah sangat sulit sekali untuk dirukunkan kembali. Pesan Beliau kepada kita, jaga betul yang namanya persatuan dan kerukunan itu. Jangan biarkan 250 juta penduduk Indonesia ini jadi berantem gara-gara 1.000-2.000 rakyat," ujar Jokowi pada Mei 2017 lalu. 

Lalu, apa saja yang akan dilakukan Indonesia untuk membantu proses perdamaian di Afghanistan?


1. Gelar pertemuan ulama dari tiga negara


Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Indonesia akan merealisasikan pertemuan ulama dari tiga negara yakni Indonesia-Afghanistan-Pakistan. Para ulama sudah bertemu lebih dulu bulan lalu secara bilateral dengan ulama dari Afghanistan. 

"Saat ini, Indonesia masih melakukan komunikasi dengan Pakistan untuk membahas siapa saja wakil ulama dari Pakistan. Komunikasi di tingkat pemerintah tentu sudah dilakukan," ujar Retno di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada Selasa pagi (6/3). 

Retno menjelaskan pertemuan ini diwujudkan atas permintaan Afghanistan. Dari sudut pandang mereka, kata Retno, Indonesia dianggap sebagai negara yang netral dan sesuai dijadikan juru damai. Rekam jejak Indonesia dalam menangani konflik pun sudah diakui dunia internasional. 

"Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Yang tidak kalah penting, Indonesia memiliki track record yang baik di bidang diplomasi perdamaian," ujar perempuan pertama yang menjadi Menlu itu. 

Sementara, menurut Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri Muhyiddin Junaidi, Indonesia menjadi opsi terakhir untuk dijadikan negara yang dapat diandalkan bisa mendamaikan Afghanistan. 

"Mereka sempat meminta ke Mesir, Qatar, dan Saudi, tapi tidak ada hasil yang maksimal," kata Muyiddin siang ini. 

Oleh sebab itu, sebagai tuan rumah, Indonesia akan berusaha berhati-hati agar tidak menyinggung pihak-pihak yang akan dipertemukan. 


2. Indonesia akan undang juga ulama dari kelompok Taliban


Sebagai mediator, tentu Indonesia harus mengundang semua pihak yang hendak didamaikan. Maka, kalau mengundang pihak Afghanistan, tapi gak ikut mengajak faksi yang bertikai, itu tidak adil.

Oleh sebab itu, kata Muyiddin, MUI sebagai lembaga yang ditunjuk pemerintah sebagai juru damai, turut mengundang para ulama dari kelompok Taliban. Menurut dia, publik Indonesia tidak bisa melabeli Taliban sebagai kelompok teroris. Sebab, di dalam Taliban sendiri terpecah menjadi tiga faksi. 

"Dalam mengusahakan perdamaian tidak boleh ada judgment. Maka, kita semua harus berhati-hati. Selain itu masih ada 20 kelompok lainnya di Afghanistan yang berkonflik. Tetapi, tiga faksi Taliban itu sudah menyatakan lelah berperang dan ingin damai kok," kata dia.

Ulama dari MUI seharusnya berangkat menuju Kabul, Afghanistan untuk mengantar undangan rencana pertemuan trilateral ulama itu pada (23/2). Namun, menurut Duta Besar Pakistan untuk Indonesia, pertemuan itu terpaksa ditunda karena ulama Taliban belum siap dikunjungi. 

"Jadi, ya sudah kami menunggu. Mudah-mudahan dalam satu hingga tiga hari ke depan, ada kabar baik," ujar Muyiddin. 


Lalu, apa peran dari Pakistan dalam pertemuan trilateral ulama itu? Menurut Muhyiddin, para ulama dari Pakistan sering mengeluarkan fatwa yang bersifat provokatif. Mereka mengizinkan umat untuk membunuh manusia lainnya. 

Begitu juga dengan ulama dari kelompok Taliban. Ada tiga fatwa yang dianggap Muhyiddin provokatif. 

"Pertama, umat dibolehkan untuk menyerang pemerintahan sah yang dianggap didukung oleh kekuatan asing. Kedua, sah melakukan bom bunuh diri terhadap musuh Islam, terutama agen-agen Amerika Serikat, dan ketiga menyuarakan agar melakukan jihad terhadap kekuatan asing," tutur dia.

Para ulama ini kemudian ingin diajak duduk bersama oleh MUI. Muhyiddin mengatakan MUI tidak akan bersikap mendikte, tetapi lebih mendengarkan keluhan mereka lalu mencari solusi bersama.

Pertemuan trilateral ulama ini rencananya diselenggarakan di Bogor, Jawa Barat, pada akhir Maret 2018. Menurut Muhyiddin, kota Bogor dipilih sebagai lokasi karena sesuai permintaan Presiden Jokowi. 


3. Konflik bisa selesai dalam waktu enam bulan


Pada pagi ini, Wapres Jusuf "JK" Kalla dan Menlu Retno mengunjungi kantor MUI. Kepada para ulama, JK mengatakan konflik di Afghanistan bisa saja rampung dalam waktu enam bulan. Asal, dilakukan pertemuan rutin setiap bulannya dengan semua pihak yang bertikai. 

"Beliau optimistis hal itu dapat tercapai. Beliau juga yakin kalau Afghanistan akan dapat mencapai perdamaian. Kalau gak bisa terwujud dalam waktu enam bulan, maka timeline waktunya perlu ditambah," kata Muyiddin.

Muhyiddin mengakui untuk bisa menuju jalan perdamaian dibutuhkan usaha yang tidak mudah. Upayanya harus dilakukan secara konsisten dan jangka panjang. Oleh sebab itu, usai dari pertemuan trilateral yang diperkirakan berlangsung tiga hari di Bogor, akan diadakan pertemuan lanjutan di negara-negara tetangga Afghanistan. Tujuannya, untuk menyampaikan kepada mereka hasil pertemuan trilateral di Indonesia.


4. Indonesia juga membantu memberikan beasiswa dan melatih SDM Afghanistan


Hubungan Indonesia dan Afghanistan diketahui cukup dekat. Kedekatan itu terasa ketika Bung Karno masih menjadi Presiden. Pada 1961, Bung Karno melakukan kunjungan kenegaraan ke Afghanistan. Atas kedekatan itu pula, Indonesia memenuhi permintaan Afghanistan yang meminta untuk dibantu pembangunan sumber daya manusianya.

Menlu Retno mengatakan pembangunan SDM dilakukan salah satunya dengan memberikan beasiswa. "Tadi kami berbicara dengan MUI. Sejauh ini, alhamdulilah MUI juga sudah menyiapkan beasiswa. Pemerintah pun juga menyiapkan beasiswa untuk mahasiswa Afghanistan," kata mantan Duta Besar Indonesia di Belanda.

Pembangunan SDM lainnya dilakukan di bidang pertambangan dan ekspor-impor. Retno mengatakan itu semua dilakukan agar ekonomi Afghanistan meningkat dan manusianya bertambah maju. 

Salut banget dengan Indonesia yang mau mewujudkan perdamaian di Afghanistan, ya. 


















0 komentar: